October 06, 2006

masa-masa digugat... dan mengingat...

Terutama, untuk secuil mentari yang telah mencuri pelangi :-) Dan sebuah gerhana matahari singkat.


Berkat itu seperti kunang-kunang
Muncul di sudut-sudut tak terduga
Diajaknya aku melintasi malam
Saat kukira hari terlalu kelam
Dikirimkannya peri-peri penjaga hati
Agar aku tak terlalu tersakiti

Zürich, September 2006

***


Mei 2006
S.A.T.U. M.A.S.A.

aku berdiri di tengah padang
memandang tepi langit
ada setitik cahaya di sana

ku kedinginan
berdiri di keteduhan pohon lapuk
bayangan yang tua dan semakin pudar

ku tak sanggup berlari
memandang batas tepi langit
kaki-kaki kecil yang membawa duka

aku berharap, namun ku takut
dan ku tak berani berjanji
akan sampai di seberang sana

memandang batas tepi langit
sinar yang muncul perlahan
bolehkah ku ulurkan tangan?
walau aku tak sanggup berlari?


***


B.E.R.D.I.A.M.

hanya ada diriku
dan tuhan
ataukah alam

jika hanya ada diriku
dan jiwaku
bersatu mengalun musik
meliukkan angin lembut
puncak salju merah keemasan

kamar yang redup
duduk dekat jendela
secangkir kopi
lagu tentang sawah dan burung dara

Tuhan...
dalam diriku
kutemukan kedamaian


***


R.E.S.A.P.

meregang napas
luruh...
rintih...
jatuh...
kotoran berserakan

Tuhan...
sedetik yang berharga
sejenak melepas beban
menjadi diri sendiri

- 22:00 - 22 Mei 2006


***


Bolehkah aku membentuk
kehidupanku sendiri?

dan menentukan
bahagiaku sendiri?

Ayah bunda mengandungku
dan meniupkan nafas ke dalam hidungku

namun jika kumelangkah
bukankah itu kakiku sendiri?

bukankah setiap orang yang kutemui
juga meniupkan nafas ke dalam hidungku?

dan jika semuanya datang dan pergi
bukankah aku ikut berjalan?

Mengapa kau gugat masa laluku
dan tentukan masa depanku?

jika dunia tidak berhenti berputar
apakah aku yang tidak bijaksana?

Kuingin melangkah menggapai awan
dan kuingin bersamamu

Sayang, apalagi yang kau takutkan?


?? cinta adalah ilusi yang digenggam erat-erat ??

***


SEBUAH MIMPI

"Ooo... orang surabaya ye?" katamu sambil tersenyum, "puanteess...."
Apanya yang lucu sih? tapi kamu kelihatan gembira sekali. Diriku mengingatkanmu pada sesuatu, katamu. Entah itu seorang yg lain, atau harapan yg terpendam.
"Kenalkan, namaku Almitra..." lho, kok nama cewek? tapi, ya sudahlah. Kita janjian dinner bareng. Piknik di tengah padang rumput. Dinner kok terang suasananya? Pasti summer, ah gak penting. Yang jelas, aku merasa hidup sekali. Dunia terasa indah, sunshine... ini cinta?
Terdengar suara gemercik air di kejauhan. Kita berdiri di pinggir danau, di tengah-tengah padang dengan bunga-bunga putih dan biru. "Forget-me-nots," katamu. Kalau yang bunga putih itu apa, tanyaku. Tapi kamu tak mendengar. Kamu menarik tanganku, dan kita berlari-lari, berputar-putar. Sampai pusing, tapi bahagia. Dadaku penuh rasanya.
"Minum anggur dong," kamu menyodorkan gelasmu. Anggur merah muda. Mmmmmm.... terasa bekas hangat bibirmu di gelasmu, manis. Seluruh tubuhku seperti disiram kesejukan.
Aku ingin menyentuhmu. "Aku ingin menyentuhmu," katamu. Lho, nyambung? Jemarimu membelai wajahku. Kok tidak terasa jemarimu? "Coba lihat dirimu," katamu. Aku menunduk, melihat rokku. Abu-abu tua. Kulit kaki dan tanganku, abu-abu juga. Kenapa begini?
Telapak tangan kita bersentuhan, tapi aku tak bisa menyentuhmu. Kamu tak bisa menyentuhku. Tapi kamu tetap kelihatan gembira. Aku berteriak-teriak memanggilmu. Di sekitarku, rumput-rumput pun berwarna abu-abu. "Aku bahagia bersamamu," katamu, "dunia terasa indah, sunshine..." Dan sekali lagi kita berlari-lari, berputar-putar... kenapa tidak bisa lebur jadi satu? Duniamu berwarna-warni, duniaku abu-abu. Jadi ingat Dutch vla, dua warna diaduk-aduk, namun tak lebur jadi satu.
Aku sayang kamu, kataku. Namun kamu kelihatan tak puas. "Aku lebih sayang kamu," katamu. Dari mana kamu tahu? Siapa sih yang bermonolog ini?
Kita bercakap-cakap. Tapi setiap kata kita jatuh di air danau, memantul-mantul, berdenting-denting.
"Aku suka warna bajumu," katamu, "kuning jingga keemasan, bikin sejuk hatiku." Sayang, itu khan pantulan dirimu sendiri di air danau, bajuku abu-abu.
"Dunia indah, matahari bersinar," katamu. Memang tidak hujan, tapi mataharinya khan lagi bersembunyi di balik awan, kataku lagi. Memang betul perasaan ini monolog, ini bunyi yang memantul dari air bisu.
Terus, yang tertangkap oleh indera ini apa? Bukan kenyataan? Tapi kamu menarikku lagi, dan kita terus berlari-lari, berputar-putar......

- terbangun aku, tersedak....


Jakarta-Zürich, rangkuman kisah terbalik-balik, 2004-2006


***


DIRINYA, DAN DIRIKU

"Aku hidup lagi," kataku
Dirinya tampak begitu nyata
Seperti gemercik air sumber
jernih, menyegarkan, menyenangkan

Tapi diriku hanya bayangan baginya
abu-abu dan tak berbentuk
garis-garis yang terasa namun pudar
Kau sentuh, namun bukan aku yang kau inginkan

Dunia ini aneh
apakah yang nyata itu yang tertangkap oleh indera?
Tapi perasaan hanyalah monolog
bagaikan bunyi yang memantul dari dinding bisu

Engkau tersenyum, aku tersenyum
namun alasan dan perasaan tak sama
Bagaikan orgasme bersama-sama
namun di puncak kenikmatan itu,
hanya ada engkau dan pantulan rasa



***


"Cintakah dirimu pada diriku?"

Sayangku...
jika tiada yang lain yang membuatku
mengucapkan doa dalam sunyi
pada Dia yang tak kukenal

Jika harapan saja tak cukup
dan ku mencari campur tangan rahasia
Karena aku tak mau
engkau berhenti di kini dan di sini

Cintakah ini?

yang kutahu
meski kulihat luka dan cacatmu
ku tetap ingin bersamamu


***


ketika jiwa mencari dan kehilangan wujud
bungkahan dadamu membasuh air mataku
sesaat...
diriku hanyalah garis-garis yang terasa namun pudar


Rigiblick, 22.06.06

***


-di tangga batu itu,
kulilitkan syal merah di pundakmu

dan kita berdua-,
melacur, menjaring matahari


***


Sungguh aneh...

semua sahabat jiwaku,
meninggalkan diriku sendiri

pribadi-pribadi yang paling berharga,
datang dan menjadi kenangan

dan apa yang mereka ambil dariku?
apa yang mereka tinggalkan?

tidak ada..
diriku utuh...

duduk di samping jendela
lagi-lagi, dengan sepotong coklat dan secangkir kopi

meresapi sunyi
menemukan kedamaian

Hidup ini suatu perjalanan, sayang...


***


sekali ini...
tak ada kata-kata

sesak di dada,
tak mampu terlepas

buka tutup blogs,
buka-buka puisi,

ada sesuatu...
yang tak terselesaikan

terkenang rayu manismu
teringat air mataku

dan kau ulangi lagi...

BULLSHIT!!!!


~ kantor, bersama hujan bulan juni


***


Saat itu datang lagi
saat menunggu angin taufan
yang pasti akan tiba

***


Kini hati tak bertanya,

asa dan rasa telah terpeta
Berdamai dengan yang ada (dan yang tiada)


***


25 Juni 2006
SAYAP-SAYAP YANG TAK TERCERABUT

Siapa sih dia?
yang hadir serupa bayang-bayang
kenihilan yang memercikkan asa
cetakan ilusi menyelamatkan yang terpatahkan